Senin, 10 Desember 2012
On 22.49 by Unknown No comments
1.Pengertian
Asma Bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer, 2001)
Menurut Price (2005) asma didefinisikan suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel.
Asma bronchiale merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya hipereaksi terhadap suatu peransangan langsung/fisik ataupun tidak langsung. (Dahlan, 2009).
2.Etiologi
Asma dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, yaitu genetik yaitu diturunkan dengan keluarga dan berhubungan dengan atopi, faktor lingkungan yaitu stimulus bronkhial spesifik seperti debu rumah, serbuk sari dan bulu kucing, 3 % populasi sensitif terhadap aspirin, paparan pekerjaan yaitu paparan iritan atau sensitizer adalah penyebab penting dari asma yang berhubungan dengan pekerjaan, stimulus nonspesifik yaitu infeksi virus, udara dingin, olah raga atau stres emosional juga bisa memicu timbulnya mengi. Kadar ozon atmosfer yang tinggi (seperti saat badai) atau masalah khusus merupakan predisposisi terjadinya eksaserbasi asma yang telah ada dan faktor lingkungan lain diantaranya faktor makanan (tinggi Na+, rendah Mg2+), infeksi pada anak-anak (sebagian akibat imunisasi) dan peningkatan prevalensi. (Davey, 2003).
Asma Bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer, 2001)
Menurut Price (2005) asma didefinisikan suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel.
Asma bronchiale merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya hipereaksi terhadap suatu peransangan langsung/fisik ataupun tidak langsung. (Dahlan, 2009).
2.Etiologi
Asma dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, yaitu genetik yaitu diturunkan dengan keluarga dan berhubungan dengan atopi, faktor lingkungan yaitu stimulus bronkhial spesifik seperti debu rumah, serbuk sari dan bulu kucing, 3 % populasi sensitif terhadap aspirin, paparan pekerjaan yaitu paparan iritan atau sensitizer adalah penyebab penting dari asma yang berhubungan dengan pekerjaan, stimulus nonspesifik yaitu infeksi virus, udara dingin, olah raga atau stres emosional juga bisa memicu timbulnya mengi. Kadar ozon atmosfer yang tinggi (seperti saat badai) atau masalah khusus merupakan predisposisi terjadinya eksaserbasi asma yang telah ada dan faktor lingkungan lain diantaranya faktor makanan (tinggi Na+, rendah Mg2+), infeksi pada anak-anak (sebagian akibat imunisasi) dan peningkatan prevalensi. (Davey, 2003).
3.Patofisiologi
Patofisiologi asma diawali dengan reaksi inflamasi pada saluran pernafasan yang memicu terjadinya perubahan pathologi yang berupa bronkhi menjadi hiperresponsif dan terjadi bronkos pasmus, sehingga menggangu proses pertukaran udara dan ventilasi dan ada pasien yang mengidap penyakit asma perlu ditangani secara serius karena reaksi asma bisa mengarah kepada gagal nafas dan akhirnya bisa menyebabkan kematian. (Reeves dkk, 2001).
Menurut Smeltzer (2001) asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel, obstruksi disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi bronkhi dan pengisian bronki dengan mukus yang kental, selain itu otot –otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan aveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap didalam jaringan paru yang melibatkan sistem imunologis dan sistem saraf otonom yang kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru, pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyababkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator). Pelepasan mediator ini dalam paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Patofisiologi asma diawali dengan reaksi inflamasi pada saluran pernafasan yang memicu terjadinya perubahan pathologi yang berupa bronkhi menjadi hiperresponsif dan terjadi bronkos pasmus, sehingga menggangu proses pertukaran udara dan ventilasi dan ada pasien yang mengidap penyakit asma perlu ditangani secara serius karena reaksi asma bisa mengarah kepada gagal nafas dan akhirnya bisa menyebabkan kematian. (Reeves dkk, 2001).
Menurut Smeltzer (2001) asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel, obstruksi disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi bronkhi dan pengisian bronki dengan mukus yang kental, selain itu otot –otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan aveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap didalam jaringan paru yang melibatkan sistem imunologis dan sistem saraf otonom yang kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru, pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyababkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator). Pelepasan mediator ini dalam paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
4.Klasifikasi
Asma diklasifikasikan kedalam 6 tipe yaitu :
a. Asma ekstrinsik yang disebabkan oleh alergen inhalasi (misalnya debu, embun berdebu, jamur, serbuk, buhi dan rontokan bulu binatang dan diobati dengan imunologlobin E (IGE),
b. Asma intrinsik yang disebabkan oleh infeksi (sering virus) dan rangsangan lingkungan (seperti polusi udara),
c. Asma campuran dimana reaktivitas tipe I (segera) tanpa kombinasi dengan faktor intrinsik ,
d. Asma akibat aspirin dan zat yang sejenis,
e. Asma akibat latihan dimana gejala pernafasan terjadi dalam 5 sampai 20 menit setelah latihan.
f. Asma okupasi yang disebabkan oleh asap industri, debu dan gas. (Nettina, 2001).
Menurut Davey (2005), klasifikasi asma dibagi menjadi :
a. Asma ekstrinsik adalah asma anak-anak, berhubungan dengan atropi (atopi diatesis alergika familial, bermanifestasi sebagai eksema dan hay fever saat anak-anak) sering kali sembuh pada saat memasuki usia remaja, walaupun bisa timbul kembali pada saat dewasa.
b. Asma intrinsik, berkembang dalam tahap kehidupan selanjutnya, lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih progresif dan respon terhadap terapi tidak begitu baik.
c. Asma berhubungan dengan pekerjaan, bila berhubungan dengan alergen industri / tempat kerja misalnya bahan fotokopi dan lain-lain.
Asma diklasifikasikan kedalam 6 tipe yaitu :
a. Asma ekstrinsik yang disebabkan oleh alergen inhalasi (misalnya debu, embun berdebu, jamur, serbuk, buhi dan rontokan bulu binatang dan diobati dengan imunologlobin E (IGE),
b. Asma intrinsik yang disebabkan oleh infeksi (sering virus) dan rangsangan lingkungan (seperti polusi udara),
c. Asma campuran dimana reaktivitas tipe I (segera) tanpa kombinasi dengan faktor intrinsik ,
d. Asma akibat aspirin dan zat yang sejenis,
e. Asma akibat latihan dimana gejala pernafasan terjadi dalam 5 sampai 20 menit setelah latihan.
f. Asma okupasi yang disebabkan oleh asap industri, debu dan gas. (Nettina, 2001).
Menurut Davey (2005), klasifikasi asma dibagi menjadi :
a. Asma ekstrinsik adalah asma anak-anak, berhubungan dengan atropi (atopi diatesis alergika familial, bermanifestasi sebagai eksema dan hay fever saat anak-anak) sering kali sembuh pada saat memasuki usia remaja, walaupun bisa timbul kembali pada saat dewasa.
b. Asma intrinsik, berkembang dalam tahap kehidupan selanjutnya, lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih progresif dan respon terhadap terapi tidak begitu baik.
c. Asma berhubungan dengan pekerjaan, bila berhubungan dengan alergen industri / tempat kerja misalnya bahan fotokopi dan lain-lain.
Rani. dkk (2006) mengklasifikasikan asma menjadi :
a. Asma intermitem, gejala asma <1 kali/minggu, asimptomatik, APE diantara serangan normal, asma malam 80 %, variabetes 1 kali/minggu, 2 kali /bulan, APE > 80%, variabilitas 20 – 30%.
c. Asma persisten sedang, gejala asma tiap hari, tiap hari menggunakan beta-2 agonis kerja singkat, aktivitas terganggu saat serangan, asma malam > 1 kali / minggu, APE > 60 % dan 30%.
d. Asma persisten berat, gejala asma terus menerus, asma malam sering, aktivitas terbatas, dan APE 30%. Asma eksaserbasi akut dapat terjadi pada semua tingkatan derajat sama.
a. Asma intermitem, gejala asma <1 kali/minggu, asimptomatik, APE diantara serangan normal, asma malam 80 %, variabetes 1 kali/minggu, 2 kali /bulan, APE > 80%, variabilitas 20 – 30%.
c. Asma persisten sedang, gejala asma tiap hari, tiap hari menggunakan beta-2 agonis kerja singkat, aktivitas terganggu saat serangan, asma malam > 1 kali / minggu, APE > 60 % dan 30%.
d. Asma persisten berat, gejala asma terus menerus, asma malam sering, aktivitas terbatas, dan APE 30%. Asma eksaserbasi akut dapat terjadi pada semua tingkatan derajat sama.
5.Tanda Dan Gejala
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispenea, dan mengi. Pada beberapa keaadaan batuk merupakan satu-satunya gejala, serangan asma sering kali terjadi pada malam hari. (Smeltzer, 2001).
Gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan sama dengan terjadi, gejalanya yaitu nafas berat yang berbunyi “ngik-ngik, batuk-batuk, nafas pendek tersengat-sengat, sesak dada dan angka performa pengguna peak flow meter menunjukkan rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari petunjuk pertama terbaik individu. (Tim Redaksi Vital Health, 2005).
Tanda dan gejala asma meliputi dyspnea, wheezing, hiperventilasi (salah satu gejala awal), pusing – pusing, perasaan yang merangsang, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaperesis dan kelelahan. (Reeves dkk, 2001).
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispenea, dan mengi. Pada beberapa keaadaan batuk merupakan satu-satunya gejala, serangan asma sering kali terjadi pada malam hari. (Smeltzer, 2001).
Gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan sama dengan terjadi, gejalanya yaitu nafas berat yang berbunyi “ngik-ngik, batuk-batuk, nafas pendek tersengat-sengat, sesak dada dan angka performa pengguna peak flow meter menunjukkan rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari petunjuk pertama terbaik individu. (Tim Redaksi Vital Health, 2005).
Tanda dan gejala asma meliputi dyspnea, wheezing, hiperventilasi (salah satu gejala awal), pusing – pusing, perasaan yang merangsang, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaperesis dan kelelahan. (Reeves dkk, 2001).
6.Pencegahan
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengindentifikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, kuda, detergen, sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk sari. jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. (Smeltzer, 2001).
Menurut Dahlan, (2009) usaha-usaha pencegahan asma dapat dilakukan :
a. Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma bronchiale. Usaha yang dilakukan berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk mengatasi penyakit.
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengindentifikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, kuda, detergen, sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk sari. jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. (Smeltzer, 2001).
Menurut Dahlan, (2009) usaha-usaha pencegahan asma dapat dilakukan :
a. Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma bronchiale. Usaha yang dilakukan berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk mengatasi penyakit.
b. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar, dan kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
c. Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asma seperti perubahan dalam suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan industri ozon), bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang berlebihan, stres dan gangguan emosional.
d. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah penyakit.
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar, dan kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
c. Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asma seperti perubahan dalam suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan industri ozon), bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang berlebihan, stres dan gangguan emosional.
d. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah penyakit.
7.Penatalaksanaannya
Tujuan terapi adalah menghilangkan gejala dengan pemberian seminimal mungkin obat, diantarannya adalah :
a. Penyuluhan pasien penting untuk keberhasilan penatalaksanaan, khususnya mengenai pemicu, penggunaan dan peran obat-obatan dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadap perburukan.
b. Menghindari pemicu lingkungan atau alergen, penting terutama menghindari asap rokok.
c. Bila asma kronis, dianjurkan menggunakan pendekatan bertahap. Antagonis leukotrien merupakan gronkodikator efektif pada sebagian penderita asma walaupun perannya secara tepat belum jelas.
d. Bila asma akut, beri O2, kortikostreroid sistemik inhalasi agoni, anti kolinergik dan teofilin bila perlu. (Davey, 2005).
Menurut Mansjoer dkk (2000) penatalaksanaan asma sebagai berikut :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma.
b. Mencegah kekambuhan.
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise.
e. Menghindari efek samping obat asma.
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel.
Corwin (2005) penatalaksanaan juga dapat dilakukan :
a. Pencegahan terhadap pemajanan alergen.
b. Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama selama waktu-waktu puncak serangan asma, misalnya musim dingin.
c. Kemajuan penting dalam pencegahan dan pengobatan serangan asma adalah pemakaian obat-obat anti inflamasi pada permukaan serangan atau sebagai terapi pencegahan.
d. Intervensi perilaku yang ditujukan untuk menenangkan pasien agar rangsangan parasimpatis kejalan nafas berkurang, membantu menghentikan pasien yang menangis kemungkinan udara yang keluar masuk paru melambat dan dapat dihangatkan, sehingga rangsangan terhadapa jalan nafas berkurang.
e. Intervensi farmakologis selama serangan akut mencakup intialasi obat-obatan simpatis B2.
f. Golongann metil – xantin juga menghilangkan spasme.
g. Obat-obat anti koligernik yang diberikan untu mengurangi efek pada simpatis sehingga melemaskan otot polos bronkiolus.
Tujuan terapi adalah menghilangkan gejala dengan pemberian seminimal mungkin obat, diantarannya adalah :
a. Penyuluhan pasien penting untuk keberhasilan penatalaksanaan, khususnya mengenai pemicu, penggunaan dan peran obat-obatan dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadap perburukan.
b. Menghindari pemicu lingkungan atau alergen, penting terutama menghindari asap rokok.
c. Bila asma kronis, dianjurkan menggunakan pendekatan bertahap. Antagonis leukotrien merupakan gronkodikator efektif pada sebagian penderita asma walaupun perannya secara tepat belum jelas.
d. Bila asma akut, beri O2, kortikostreroid sistemik inhalasi agoni, anti kolinergik dan teofilin bila perlu. (Davey, 2005).
Menurut Mansjoer dkk (2000) penatalaksanaan asma sebagai berikut :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma.
b. Mencegah kekambuhan.
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise.
e. Menghindari efek samping obat asma.
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel.
Corwin (2005) penatalaksanaan juga dapat dilakukan :
a. Pencegahan terhadap pemajanan alergen.
b. Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama selama waktu-waktu puncak serangan asma, misalnya musim dingin.
c. Kemajuan penting dalam pencegahan dan pengobatan serangan asma adalah pemakaian obat-obat anti inflamasi pada permukaan serangan atau sebagai terapi pencegahan.
d. Intervensi perilaku yang ditujukan untuk menenangkan pasien agar rangsangan parasimpatis kejalan nafas berkurang, membantu menghentikan pasien yang menangis kemungkinan udara yang keluar masuk paru melambat dan dapat dihangatkan, sehingga rangsangan terhadapa jalan nafas berkurang.
e. Intervensi farmakologis selama serangan akut mencakup intialasi obat-obatan simpatis B2.
f. Golongann metil – xantin juga menghilangkan spasme.
g. Obat-obat anti koligernik yang diberikan untu mengurangi efek pada simpatis sehingga melemaskan otot polos bronkiolus.
8.Faktor Resiko
Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Berbagai hal dilingkungan kita dapat menyebabkan munculnya gejala asma dan menimbulkan serangan asma. Hal yang paling sering misalnya olah raga berat, alergen, bahan-bahan iritan dan infeksi virus. Pada kebanyakan penderita asma gejala hanya muncul pada saat berolah raga berat atau saat terkena infeksi. (Siaran pers hari asma dunia, 2009).
Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Berbagai hal dilingkungan kita dapat menyebabkan munculnya gejala asma dan menimbulkan serangan asma. Hal yang paling sering misalnya olah raga berat, alergen, bahan-bahan iritan dan infeksi virus. Pada kebanyakan penderita asma gejala hanya muncul pada saat berolah raga berat atau saat terkena infeksi. (Siaran pers hari asma dunia, 2009).
On 22.45 by Unknown No comments
Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.
1.Tipe Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain:
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain:
a.Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
c.Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).
e.Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).
2.Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.
Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan aktual:
Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).
Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:
Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi)
Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.
3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.
Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
4.Prioritas Diagnosa Keperawatan.
Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:
Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:
1). Berdasarkan tingkat Kegawatan
a.Keadaan yang mengancam kehidupan.
b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
a.Keadaan yang mengancam kehidupan.
b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2 ).Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,
3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,
5.Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.
Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:
Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:
Diagnosa keperawatan :
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.
Diagnosa Medis :
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Berorientasi kepada keadaan patologis
Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat.
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Berorientasi kepada keadaan patologis
Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat.
Kamis, 06 Desember 2012
On 22.41 by Unknown No comments
temen-temen akuu dapet tugas dari dosen anatomi fisiologi ku suruh buat brain mapping,iseng-iseng buat googling cari contoh-contoh brain mapping..... ini aku kasih gambarnya,seenarnya brain mapping itu di buat untuk memudahkan proses belajar kita,dengan brain mapping di harapkan kita bisa mudah menghafal ...mudah mempelajari pelajaran kita, buatlah brain mapping kalian semenarik mungkin
Langganan:
Postingan (Atom)
Search
Popular Posts
-
Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard Iskemia miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG dijumpa...
-
1. 1 VIAL = 1000 mg Diaplos dengan aquades 4,5 menjadi = 5 cc Jadi 1ampul = 5 cc Contoh : Instruksi dari dokter pemberian ob...
-
Sediaan: Injeksi (Ampul) 10 mg/ml, 20 mg/ml, 40 mg/ml Cara Kerja Obat: Dopamine adalah agen vasopressor dan inotropic...
-
Bagi teman-teman tenaga medis/paramedis, pasti sudah tidak asing lagi dengan penggunaan obat lewat syringe pump. Mungkin salah satu kesulit...
-
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on SEDIAAN...
-
temen-temen akuu dapet tugas dari dosen anatomi fisiologi ku suruh buat brain mapping,iseng-iseng buat googling cari contoh-contoh brain...
-
sharing analisa usaha beternak burung puyuh petelur di peternakan kami. Untuk saat ini populasi di kandang kami baru mencapai +/- 4,000 e...
-
EKG atau Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial listrik otot jantung yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan...
-
Natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) atau kerap disebut dengan Bicnat merupakan senyawa garam yang bersifat basa. Pada dunia pengobatan, Bicnat ...
-
Salah satu penampakan di STIKes Tulungagung Memang hantu tidaj mengenall tempat untuk muncul,ini salah satunya. perhat...
Recent Posts
Get this widget!